Feeds RSS
Feeds RSS

Kamis, 11 Oktober 2012

HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN CABANG (II)



BAB IX. HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN CABANG (II)

Persoalan-persoalan Khusus

            Persoalan khusus di dalam akuntansi biasanya timbul (dalam hal perusahaan menggunakan Sistem Desentralisasi), apabila hubungan antara kantor pusat dengan cabang-cabangnya itu menyangkut hal-ha yang berikut:
R  Pengiriman (transfer) uang antar cabang.
R  Pengiriman barang-barang antar cabang.
R  Barang-barang yang dikirimkan ke kantor cabang di nota dengan harag diatas harga pokoknya (cost) yaitu dengan tambahan % tertentu di atas harga pokoknya, atau di nota dengan harga penjualan eceran.

Pengiriman Uang Antar Cabang
            Pengiriman uang antar cabang ini terjadi apabila perusahaan mempunyai cabang lebih dari satu. Untuk mengendalikan aktivitas tiap-tiap cabangnya biasanya kantor pusat mengadakan pembatasan-pembatasan yang menyangkut hubungan antara cabang tertentu dengan cabang lainnya. Rekening “proforma” antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tidak perlu diselenggarakan.

Pengiriman Barang antar Cabang
            Seperti halnya pengiriman uang antar cabang, dalam hal pengiriman barang antar cabang. Maka otorisasi terjadinya transaksi tersebut,biasanya ada pada kantor pusatnya. Terdapat persoalan tersendiri apabila terjadi pengiriman barang dari cabang tertentu kepada cabang lainnya.
            Apabila terjadi barang-barang untuk cabang atas perintah kantor pusat, maka perlakuan terhadap ongkos angkut (pengiriman) diatur sebagai berikut:
a.       Ongkos angkut barang-barang dari cabang tertentuke cabang yang lain itu dibayar lebih dulu oleh cabang yang mengirim dan nantinya dan akhirnya akan diperhitungkan sebagai beban kantor pusat.
b.      Pembebanan ongkos angkut untuk cabang yang menerima barang-barang kiriman itu diperhitungkan sesuai dengan ongkos angkut apabila kantor pusat mengirimkan langsung kepada cabang penerima.
c.       Dalam buku-buku kantor pusat, selisih yang terjadi dalam perhitungan pembebanan ongkos angkut antar cabang itu diperlakukan sebagai: “selisih angkos angkut barang-barang antar cabang”

Barang-barang untuk Cabang Dinota di atas Harga Pokok
            Barang-barang yang dikirim oleh kantor pusat ke cabang-cabang yang di nota di atas harga pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut:
R  Di nota dengan tambahan % tertentu di atas harga pokok.
R  Di nota dengan harga jual eceran.
{  Barang-barang untuk Cabang di nota dengan tambahan % tertentu di atas harga pokok.
Tujuan penentuanharga barang-barang untuk cabang di atas harga pokonya antara lain:
a.       Untuk dapat mengontrol/mengendalikan para pejabar di cabang, sehingga dapat diperoleh gambaran yang konkrit tentang hasil-hasil usahanya.
b.      Untuk dapat menutup sebagian ongkos-ongkos pengurus dan pengawasan serta administrasi yang menyangkut hubungan antara Kantor Pusat dan Cabang.
Dengan menentukan harga barang-barang untuk cabang diatas harga pokoknya, sebenarnya bahwa laba yang dilaporkan adalah ebih rendah dari yang sesungguhnya terjadi.
Selisih yang terjadi antara “harga pokok” menurut kantor pusat dengan “harga dalam nota” untuk cabang ditampung dalam rekening: “cadangan kenaikan harga barang-barang cabang”.
Apabila barang telah laku terjual oleh cabang, maka laba yang diakui oleh kantor pusat disamping selisih antara harga jual cabang dengan harga nota, juga diperhitungkan cadangan kenaikan harga yang ada. Biasanya perhitungan untuk mengurangi “cadangan kenaikan harga barang-barang cabang” dilakukan pada akhir periode. Kenaikan harga barang  menjadi sejajar dengan tambahan/kenaikan harga atas persediaan yang masih ada di cabang.
{  Barang-barang Untuk Cabang dinota Dengan Harga Jual Eceran
Tujuan dari teknik penentuan harga untuk cabang dengan harga-harga penjualan eceran antara lain adalah:
a.       Untuk lebih memperketat kontrol dan mendapatkan informasi yang lengkap tentang hasil-hasil operasi cabang.
b.      Oleh karena harga jual ecerantelah ditetapkan, maka apabila ada laporan penjualan dari cabang, dapat segera diperkirakan saldo persediaan yang ada di cabang tanpa menunggu sampai dengan laporan tentang persediaan itu dibuat.
c.       Mempermudah untuk pencocokkan di dalam mengadakan inventarisasi phisik barang dicabang, dimana jumlah persediaan phisik harus sama dengan perbedaan antara harga yang dinota oleh kantor pusat dikurangi penjualan bersih yang dilaporkan.
d.      Melaksanakan kebijaksanaan harga jual yang sama terhadap beberapa daerah pemasaran tertentu.

Laporan keuangan gabungan apabila barang-barang cabang dinota diatas harga pokok
      Apabila barang-barang untuk cabang dinota dengan harga yang berbeda daru harga pokoknya, maka akan timbul persoalan-persoalan khusus di dalam penyusunan laporan keuangan gabungan. Persoalan khusus yang perliu diperhatikan antara lain:
o   Persediaan akhir barang-barang pada neraca kantor cabang yang nilainya berbeda dari harga pokok sebenarnya, harus dinyatakan kembali dalam harga pokok semula agar memungkinkan penyusunan neraca gabungan.
o   Persediaan awal dan akhir barang-barang pada laporan perhitungan rugi-laba cabang harus dinyatakan kembali dalam harga pokok yang sebenarnya.
o   Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan biasanya daftar lajur dibuat atas dasar data neraca sisa dari pusat dan cabangnya.


0 komentar:

Posting Komentar