BAB
VIII. HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN CABANG (I)
Perkembangan Pembentukan Agen
Cabang
Sebagai titik tolak perkembangan
tersebut adalah perluasan daerah pemasaran. Meluasnya daerah pemasaran ini
menimbulkan problema bagi pimpinan perusahaan untuk mencari cara-cara yang
paling efektif dan ekonomis dalam melakukan penjualan-penjualan barangnya.
Berbagai macam cara dapat ditempuh
antara lain dengan mengangkat pedagang keliling atau petugas bagian penjualan
yang langsung mendatangi para pelanggan, penggunaan katalogus dengan pengiriman
pesanan per pis; dengan sistem penjualan konsinyasi.
Perbedaan Karakteristik Agen dan
Kantor Cabang
Agen
|
Kantor cabang
|
1.
Agen adalah suatu bentuk organisasi yang hanya
diberi fungsi untuk menerima pesanan barang-barang dan bekerja dibawah
pengawasan langsung oleh kantor pusat- sedang transaksi dengan pihak ketiga
dilaksanakan secara langsung oleh kantor pusat.
|
1.
Kantor adalah suatu bentuk organisasi yang menjual
barang-barang dari persediaan yang dibentuknya (baik dikirim dari kantor
pusat maupun dibeli sendiri) dan diberi wewenang untuk melaksanakan
transaksi-transaksi dengan pihak ketiga, sehingga berfungsi sebagai unti
usaha yang berdisi sendiri.
|
2.
Agen tidak memiliki persediaan untuk barang-barang
yang akan dijual akan tetapi hanya berupa monster (contoh/sampel) – barang
yang dijual akan dikirim langsung oleh kantor Pusat kepada langganan yang
bersangkutan.
|
2.
Kantor cabang mengadakan persediaan (stock) untuk
barang-barang dagangannya yang pada umumnya sebgaian besar dikirim dari
kantor Pusatnya. Namun demikian sampai dengan batas-batas tertentukantor
cabang juga membeli sendiri barang-barang dagangannya.
|
3.
Persetujuan terhadap syarat-syarat penjualan terletak
sepenuhnya pada kantor pusat. Administrasi terhadap piutang yang timbul dari
penualan dan pengumpulan piutang yang bersangkutan diselenggarakan oleh
kantor pusat.
|
3.
Kator cabang memberikan persetujuan tentang
syarat-syarat penjualan, menyelanggarakan administrasi piutang yang timbul
dari penjualan tersebut mengurus pengumpulan piutang yang bersangkutan.
|
4.
Modal kerja untuk biaya-biaya operasi agen
diberikan oleh kantor pusat. Agen tidak mengurus uang tunai (kas) selain
modal kerja yang diberikan.
|
4.
Kantor cabang mengelola uang tunai dari hasil
penjualan pengumpulan piutangnnya dan melaksanakan transaksi-transaksi
pembayaran atas inisiatip sendiri.
|
Hubungan Kantor Pusat dan Agen
Ø Usaha
dari suatu Agen
Agen
yang bekerja sebagai unit organisasi penjualan lokal berada dibawah pengawasan
kantor pusat dan biasanya tidak mengadakan persedian selain dari contoh-contoh
dari pada barang-barang yang akan ditawarkan untuk dijual. Contoh barang yang
akan ditawarkan dan mungkin juga akan diiklankan itu dberi oleh kantor pusat.
Ø Pembukuan
untuk suatu Agen
Akuntansi terhadap usaha keagenan tidak membutuhkan
penyususnan buku-buku secara lengkap. Pada umumnya agen ckup menyelenggarakan
buku kas untuk mencatat penerimaan modal kerja dari kantor pusat, dan
pengeluaran untuk berbagai macam biaya. Pada saat modal kerja hampir habis atau
mendekati jumlah minimum yang ditetapkan, agen mengirimkan copy catatan
pengeluaran kas atau ringkasannya kepada kantor pusat untuk mendapatkan
penggantian atau pengisian kembali modal kerjanya.
Ø Pembukuan
pada Kantor Pusat
Dalam
pembukuan pada kantor puasat terdapat dua alternatif antara lain:
{ Laba
rugi yang di dapat dari aktivitas penjualan melalui agen (tiap-tiap agen) tidak
ditentukan secara terpisah. Pada cara ini, laba rugi yang di dapat dari
penjualan melalui agen akan dilaporkan tergabung dengan transaksi enjualan
regular.
{ Laba
rugi yang di dapat dari aktivitas penjualan melalui agen ditentukan secara
terpisah. Pada cara ini rekening pembukuan khuss untuk agen terutama untuk
pendapatan dan biaya yang bersangkuatn, harus diselenggarakan.
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang
Sifat
dan jenis usaha operasi dari kantor cabang, biasanya berada dibawah pengelolaan
seseorang maajer cabang yang bertanggung jawab langsung kepada top manajemen
kantor pusat. Manajer cabang harus melaporkan informasi tentang volume
aktivitas dan asil usaha cabang kepada kantor pusatnya, karena data demikian
penting untuk analisa dan pengamblan keputusan.
Meskipun cabang berusaha dan bekerja
sebagai unit yang berdiri sendiri, tetapi tetap di kontrol oleh kantor pusat.
Kebijaksanaan umum dan standart pelaksanaan yang biasanya berlaku bagi dunia
usaha, juga dilaksaakan terhadap cabang-cabang yang dibentuk oleh kantor pusat.
Garis besar dari bekerjanya suatu cabang adalah sebagai berikut:
{ Cabang
diberi modal erja, baik berupa uangkas, barang-barang dagangan maupun aktiva
lainnya oleh kantor pusat.
{ Cabang
dapat membeli barang dagangan dari phak ketiga untuk memenuhi kebutuhan
permintaan barang-barang local yang tidak dapat dipenuhi oleh kantor pusat atau
apabila pembelian itu dapat dipertanggngjawabkan secara ekonomis.
{ Cabang
melakukan aktivitas penjualan, mulai dari usaha-usaha untuk pembli, mengirimkan
dan menyerahkan jasa-jasa kepada langganan, membuat faktur penjualan, menagih
piutang dan menyimpan uangnya dalam rekening banknya sendiri.
Sistem Akuntansi untuk Operasi
Kantor Cabang
Sistem
pengumpulan dan pengolahan data akuntansi terhadap transaksi-transaksi yang
terjadi di kantor cabang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sistem akuntansi
erhadap aktivitas kantor cabang pada dasarnya menurut sistem:
Ø Sistem sentralisasi
Apabila
sistem sentralisasi diguanakan, maka pembukuan terhadap transaksi yang terjadi
di kantor cabang diselenggarakan sepenuhnya oleh kantor pusat. Pada cara ni
kantor cabang cukup mengumpulkan doumen-dokumen dasar. Dokumen tersebut dikirim
kepada kantor pusat untuk dicatat dalam buku jurnal dan rekening-rekening buku
besarnya.
Ø Sistem Desentralisasi
Pada
cara ini setiap cabang menyelenggaraan pembukaan atas tranaksi yang terjadi
pada cabang yang bersangkutan secara lengkap. Jika sistem desntralisasi
digunakan, biasanya susunan dan klasifikasi rekening-rekenng pembukuan pada tiap
kantor cabang mengikuti dan sesuai dengan susunan dan klasifikasi yang dipakai
pada kantor pusatnya
Prinsip-prinsip Pelaksanaan Sistem
Desentralisasi
Ciri
pokok yang menghubungkan pembukuan di kantor cabang dan kantor pusatnya adalah
adaya rekening “R/K – kantor pusat” di dalam rekening pembukuan kantor cabang
dan “R/K – Kantor Cabang” di dalam rekening pembukuan kantor pusat.
Terdapat hubungan antara
rekening-rekeing pembukuan di kantor cabang dengan rekening-rekening pembukuan
di kantor pusat. Aktiva yang ditempatkan di cabang adalah sebagian dari aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan sebagai satu kesatuan usaha.
Kantor pusat sebagai konsekuensi
dari sistem desentralisasi tidak perlu melakukan pencatatan terhadap perubahan
bentuk atau komposisi terhadap investasinya di kantor cabang. Sebagai unit
usaha yang berdiri sendiri, cabang mengeluarkan biaya untu pendapatan. Di dalam
akuntansi pengaruh pendapatan dan biaya terhadap modal yang ditanamkan, akan
dikumpulkan selama satu periode melalui ikhtisiar perhitungan laba rugi.
Ø Modifikasi
Teknik Pencatatan
Agar
laporan keuangan lebih informatip, maka hendaknya terdapat pemisahan dalam
pencatatan penanaman modal pada kantor pusat maupun kantor cabang. Pemisahan
tersebut, antara lain:
{ Rekening
kantor pusat dan kantor cabang yang bersifat sementara
{ Rekening
kantor pusat dan kantor cabang yang bersifat permanen.
Kedua
perbedaan tersebut tidak mengubah sifat rekening timbale balik antara rekening
kantor cabang dan rekening kantor pusat.
Ø Laporan
Keuangan Gabungan untuk Kantor Pusat dan Kantor Cabang
Secara
periodik, baik kantor cabang maupun kantor pusatmenyusun keuangannya secara
individual. Dalam laporan keuangan ga bungan tersebut dimaksudkan untuk
memberikan gambaran tentang posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan sebagai
satu kesatuan ekonomi yang bulat, maka dalam penyusunannya harus memperhatikan
:
a) Dalam
neraca hanya disajikan aktiva dan hak-hak yang ada pada perusahaan dan
hutang-hutang atau kewajiban perusahaan yang lain kepada pihak-pihak di luar
peusahaan.
b) Dalam
perhitungan laporan laba rugi, harus dihindari adanya perhitungan ganda
terhadap suatu pendapatan dan biaya yang sama.
Dengan
demikian, langkah-langkah yang diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan
gabungan dapat dirumuskan sebagai berikut:
{ Penyususnan
neraca gabungan, dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1) Menghapus
saldo rekening “R/K – Kantor Pusat” dengan “R/K – Kantor Cabang” dan saldo
rekening “hutang“ dengan “piutang kepada” antar kantor pusat dan cabang, yang
ada di dalam neraca individual kantor pusat maupun cabang.
2) Menunjukkan
saldo rekening-rekening aktiva, dan rekening-rekening hutang yang terdapat
dalam neraca individual kantor pusat dan cabangnya sesuai dengan kelompok
masing-masing.
{ Penyusunan
laporan perhitungan rugi laba gabungan, diperlukan langkah berikut:
1) Menghapus
saldo rekening “pengiriman barang dari kantor pusat” dengan “pengiriman barang
ke kantor cabang” dan saldo rekening-rekening pendapatan dan biaya-biaya yang
bersangkutan = yang diakui di dalam
laporan perhtungan laba-rugi individual kantor pusat dan cabang sebagai akibat
kebijaksanaan sistem desentralisasi yang dilaksanakan.
2) Menjumlahkan
saldo rekening-rekening pendapatan dan laba di luar usaha, rekening biaya dan
rugi di luar usaha yang terdapat dalam laporan rugi laba individual kantor
pusat dan cabang, sesuai dengan kelompok masing-masing.
Daftar Lajur Penyusunan Laporan
Keuangan Gabungan
Untuk mempermudah penggabungan saldo rekening
pembukuan yang ada baik di pusat maupun di cabang, biasanya disusun suatu
kertas kerja yang berupa “daftar lajur penyusunan laporan keuangan gabungan”.
Daftar lajur dibuat semata-mata untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan
gabungan.
Ø Penyesuaian
rekening Timba Balik
Untuk mempermudah penggabungan saldo rekening
pembukuan yang ada baik di pusat maupun di cabang, biasanya disusun suatu
kertas kerja yang berupa “daftar lajur penyusunan laporan keuangan gabungan”. Daftar
lajur dibuat semata-mata untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan.
Ø Penyesuaian
Laporan Timbal Balik
Pada akhir eriode atau pada saat akan menutup
buku-buku, sebab-sebab adanya perbedaan saldo diantara 2 (dua) rekening yang
reciprocal tersebut harus diselidiki dan penyesuaian harus dilakukan
seperlunya. Data yag perlu dipertimbangkan dalam menyesuaikan dua rekening
tersebut, pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam 4 golongan sebagai berikut:
1) Debit
rekening “Kantor Cabang” tanpa ada hubungan dengan kredit rekening “Kantor
Pusat”.
2) Kredit
rekening “Kantor Cabang” tanpa ada hubungan dengan debit rekening “Kantor
Pusat”.
3) Debit
rekening “Kantor Pusat” tanpa ada hubungan dengan kredit rekening “Kantor
Cabang”.
4) Kredit
rekening “Kantor Pusat” tanpa ada hubungan dengan debit rekening “Kantor
Cabang”.
2 komentar:
Hai kak, bole tau nggk ini sumber bukunya dari mana ya? Sy butuh sumber buku utk tugas sy. Thanks yaa ;)
Ini sumber nya dri buku apa ya?
Posting Komentar